Lalu, kemana aku harus pulang???




Aku menemukan satu kutipan kalimat yang sampai saat ini aku ingat, kutipan itu berbunyi "Ajari aku bagaimana caranya menerima keadaan tanpa membenci kehidupan." Disaat mentalku sudah dihajar , tapi aku tetap dipaksa untuk tegar dan menyembunyikan segalanya dari orang-orang. Anehnya Rumah yang harusnya menenangkan aku, dan tempatku untuk pulang, malah justru itulah yg membuatku tak tahan dan ingin pergi.

Marah, sedih , kecewa semua jadi satu. disaat tak ada lagi orang yang bisa kupercaya. aku hanya memendam semua dan mencoba menyelesaikan satu persatu sendirian. Aku terpuruk , dan setiap hari nya mencoba bangkit dan melupakan segalanya. 

Kata orang Ayah adalah cinta pertama dari anak perempuannya, tapi berbeda denganku. aku tidak percaya itu. Aku tak pernah membenci dia karna sifat dan perilakunya, tapi aku kecewa disaat dia sama sekali tak memperdulikan aku. Sampai suatu ketika aku sakit dan harus berobat rutin selama berbulan-bulan, aku tak sedikitpun meminta bantuannya. dia acuh, dia tak perduli, tapi aku tak pernah sedikitpun marah dan membencinya. Tapi kenapa sekali saja aku berbuat kesalahan, padahal tidak merugikannya. Dia langsung marah, meninggikan nada seolah kesalahanku sangat fatal.

Keluarga yang harusnya mendukung, kenyataanya kadang mereka yang membicarakan semua keburukanku.."Seorang anak memang tidak pernah meminta untuk di lahirkan. Namun dia ada karena sebuah permintaan, perjuangan, dan juga harapan. Tetapi mengapa ketika sudah di lahirkan malah seringkali di abaikan?"

Lalu, kalau begini siapa lagi orang yang bisa aku jadi kan tempat bercerita, siapa lagi yang dapat aku percaya? Kemana lagi aku harus pulang? disaat aku down, sedih, kecewa, marah, menangis, dan dipaksakan tertawa dan bahagia...

Ketika teman-temanku menceritakan tentang indahnya keluarga mereka. Aku hanya mendengarkan karena aku tak paham.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Sahabat? Part 2 (last)

for you ILYSM :*

Misteri Rumah No.50